Education For All

Kamis, 08 November 2012

Kurikulum Rekonstruksi Sosial (1)


Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problem-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial. Setelah diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih stabil.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan saja dapat membantu individu memperkembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Para rekonstruksionis sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka ingin menyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus sosial. Brameld juga ingin memberikan keyakinan tentang pentingnya perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui prosedur demokrasi. Para rekonstruksionis sosial menentang intimidasi, menakut-nakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan kerja sama atau bergotong-royong untuk memecahkannya.

Senin, 05 November 2012

Desain dalam Teknologi Pendidikan


Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul. Kawasan desain dalam Teknologi Pendidikan paling tidak meliputi empat cakupan utama (AECT, 1994) yaitu :
a.    Desain Sistem Pembelajaran
Adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran.
b.   Desain Pesan
Desain pesan meliputi “perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan” (Grabowski, 1991 : 2006). Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima.
c.    Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.
d.   Karakteristik Pebelajar
Karakteristik pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.

Kamis, 01 November 2012

Penerapan Teknologi Pendidikan dalam Proses Pembelajaran


Selama ini yang paling dikenal dalam masyarakat tentang teknologi pendidikan ialah penggunaan media pembelajaran dalam kelas. Berdasarkan kerucut pengalamanEdgar Dale, dapat dipahami bahwa tidak hanya media yang merupakan perwujudan teknologi pendidikan, melainkan juga cara atau strategi dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting dalam teknologi pendidikan.
Penggunaan media pembelajaran hanyalah salah satu bentuk dari peran teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Media digunakan untuk memudahkan menyampaikan pesan atau materi pembelajaran, misalnya media gambar, media sederhana, kaset/cd pembelajaran (audio), video pembelajaran, dan multimedia pembelajaran.
Disisi lain, yang tidak kalah pentingnya dari penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah perancangan kegiatan pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yaitu cara yang digunakan untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran. Strategi pembelajaran contohnya pembelajaran aktif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran akselerasi, dan lain sebagainya.
Media pembelajaran tidak selamanya berfungsi efektif tanpa adanya strategi yang cocok dalam proses pembelajaran. Begitupun sebaliknya, strategi pembelajaran belum tentu efektif tanpa adanya media pembelajaran. Oleh karena itu, dalam prosesnya media pembelajaran dapat digabungkan pemanfaatannya dalam strategi yang disusun untuk pembelajaran.

Selasa, 23 Oktober 2012

PENDEKATAN DAN PRINSIP MULTIMEDIA PEMBELAJARAN


Dalam pembelajaran pesan-pesan komunikasi seperti verbal dan buku cetak menjadi alat utama untuk menyampaikan ide-ide atau konsep kepada peserta didik. Pesan verbal dalam pembelajaran memang mampu menjadi alat berkomunikasi yang sangat praktis pada manusia. Akan tetapi pesan verbal saja memiliki keterbatasan seperti adanya rasa bosan, dan kurang tertangkapnya konsep dengan jelas. Salah satu cara agar pesan dapat tersampaikan dengan jelas dan menarik yaitu dengan menggunakan multimedia.
Dengan menggunakan multimedia informasi dari guru dapat tersampaikan dengan cara yang lebih bermakna kepada peserta didik. Terdapat banyak teknologi yang tersedia untuk membuat program  multimedia yang inovatif dan interaktif. Program multimedia dapat meningkatkan kinerja peserta didik, menyajikan pengetahuan mereka dalam berbagai cara, memecahkan masalah, dan membangun pengetahuan. Pembelajaran berbasis multimedia didasarkan pada ide bahwa pesan-pesan pembelajaran harus dirancang sejalan dengan bagaimana otak manusia bekerja. 
Mayer mendefinisikan multimedia sebagai presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar (Mayer, 2005). Kata-kata disajikan dalam bentuk tulisan ataupun yang diucapkan, dan gambar bisa disajikan dalam bentuk grafik statis (seperti ilustrasi, grafik, foto, dan peta) atau menggunakan grafik dinamis (seperti animasi dan video). Sedangkan menurut Robin & Linda multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Menurut Turban dkk multimedia terdiri paling sedikit dua media input ataupun output. Media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, grafik, dan gambar (Pramana, 2010). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media yang berupa teks, gambar, grafik, animasi, dan video yang dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan.
Dalam pembelajaran, multimedia sangat membantu guru dalam menyampaikan materi. Multimedia terdiri dari tiga level yaitu didasarkan pada alat-alat yang digunakan untuk mengirimkan pesan (media pengirimannya), format-format representasi yang digunakan untuk menyajikan pesan (mode-mode presentasinya seperti gambar, teks dan lain-lain), dan modalitas inderawi yang digunakan pengguna/siswa untuk menerima pesan (pancaindera). Multimedia pembelajaran bukan hanya sekedar perpaduan berbagai media tanpa ada landasan atau pendekatan sebagai dasar pembelajarannya. Berikut akan dibahas pendekatan dan prinsip-prinsip dalam multimedia pembelajaran.
1.    Pendekatan multimedia pembelajaran
a.       Pendekatan berpusat teknologi (technology centered)
Pendekatan ini dimulai dengan kapabilitas fungsional dari multimedia dan terfokus pada kecanggihan dalam teknologi multimedia, oleh karena itu multimedia sebaiknya dirancang untuk dapat digabungkan dengan teknologi-teknologi komunikasi yang bermunculan saat ini. Misalnya multimedia digabungkan ke dalam teknologi web.
b.      Pendekatan berpusat pada siswa (learner centered)
Pendekatan ini dimulai dengan pemahaman bagaimana otak manusia bekerja. Fokusnya adalah menggunakan teknologi multimedia sebagai alat bantu terhadap kognisi manusia. Desain multimedia yang konsisten dengan cara kerja otak manusia ternyata lebih efektif dalam meningkatan pembelajaran. Pemahaman terhadap suatu pengetahuan berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi, narasi, warna, musik, serta video.
2.    Prinsip – prinsip pembelajaran berbasis multimedia
Sebagai komponen dalam system pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen, seperti : tujuan, materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran. Menurut Mayer (2005), prinsip-prinsip multimedia pembelajaran ada tujuh yaitu :
  1. Prinsip multimedia : siswa bisa belajar lebih baik dengan kata-kata dan gambar-gambar dibandingkan dengan hanya kata-kata atau gambar saja.
Dengan menambahkan ilustrasi pada teks atau menambahkan animasi pada narasi maka akan membantu siswa lebih mendalami materi atau penjelasan yang disajikan. Menyajikan penjelasan dengan kata-kata dan gambar-gambar bisa menghasilkan pembelajaran lebih baik daripada menyajikan dengan kata-kata saja. Saat kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan siswa mempunyai kesempatan untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan pictorial dan membangun hubungan diantara keduanya.
  1. Prinsip keterdekatan ruang : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang saling terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan di halaman atau di layar.
Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait saling berdekatan di halaman (dalam buku) atau layar (dalam komputer) maka siswa tidak harus menggunakan sumber-sumber kognitif secara visual mencari di halaman atau layar itu. Siswa akan lebih bisa menangkap dan menyimpan materi bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang sama.
  1. Prinsip keterdekatan waktu : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang terkait disajikan secara simultan (bersamaan) daripada bergantian.
Saat bagian narasi dan animasi yang terkait disajikan dalam waktu bersamaan, akan lebih memungkinkan siswa untk bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam memori kerja dalam waktu bersamaan. Hal ini membuat siswa lebih bisa membangun hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual. Jika waktu antara mendengar kalimat dan melihat animasi relative pendek, maka siswa masih bisa membangun koneksi antara kata-kata dan gambar. Jika mendengar keseluruhan narasi yang panjang dan melihat keseluruhan animasi dalam waktu yang terpisah maka siswa kesulitan membangun koneksi tersebut.
  1. Prinsip koherensi : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata, gambar-gambar atau suara-suara ekstra dibuang.
Prinsip koherensi bisa dipecah menjadi tiga versi yang saling melengkapi : (1) pembelajaran siswa terganggu jika kata-kata dan gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan ke presentasi multimedia. (2) pembelajaran siswa terganggu jika terdapat suara dan music yang menarik namun tidak relevan, (3) pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak diperlukan disingkirkan. Gambar-gambar dan kata-kata yang menarik tapi tidak relevan bisa mengalihkan perhatian siswa dari isi materi yang penting, dan bisa mengganggu proses penataan materi. Dalam penyajian materi melalui multimedia siswa cenderung bisa belajar lebih banyak dan mendalam jika materi disajikan secara lebih ringkas. Oleh karena memori kerja otak pada manusia itu terbatas maka harus difokuskan pada materi yang penting.
  1. Prinsip modalitas : siswa bisa belajar lebih baik pada animasi dan narasi daripada animasi dan teks pada layar.
Jika gambar dan kata-kata bersama-sama disajikan secara visual (yakni sebagai animasi dan teks) maka saluran visual/pictorial yang bekerja ekstra sedangkan saluran lain (verbal) tidak berfungsi. Jika kata-kata disajikan secara auditory maka kedua saluran akan berfungsi.
  1. Prinsip redundansi : siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi, narasi, dan teks pada layar.
Jika kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara visual maka saluran visual akan kelebihan beban. Jika animasi berisi narasi yang padat, maka sebaiknya tidak menambahkan teks yang hanya mengulang kata-kata dari narasi. Keterbatasan kapasitas memori kerja menghalangi individu untuk memproses banyak elemen informasi secara langsung. Informasi akan terserap secara lebih baik bila format desain pesannya tidak membebani perhatian mereka karena sumber-sumber ganda yang saling memasok informasi (Pranata. 2010).
  1. Prinsip perbedaan individual : pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah daripada berpengetahuan tinggi, dan terhadap siswa berkemampuan spasial tinggi daripada berspasial rendah.
Siswa yang berpengetahuan lebih tinggi bisa menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk mengkompensasi atas kurangnya petunjuk dalam presentasi. Siswa yang berpengetahuan rendah kurang bisa melakukan pemrosesan kognitif yang berguna saat presentasinya kurang petunjuk. Siswa yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi memiliki kapasitas kognitif untuk secara mental memadukan reprentasi verbal dan visual dari presentasi multimedia yang ada. Siswa yang berspasial rendah harus mengerahkan kapasitas kognitif yang begitu banyak untuk memahami apa yang disajikan.
Terdapat lima tahap dalam merancang multimedia pembelajaran yaitu memilih kata – kata yang relevan dengan teks atau narasi yang tersaji, memilih gambar – gambar yang relevan dengan illustrasi yang tersaji, mengatur kata – kata yang terpilih tersebut ke dalam representasi verbal yang koheren, mengatur gambar – gambar yang terpilih tersebut ke dalam representasi visual yang koheren, dan memadukan representasi verbal dan representasi visual tersebut dengan pengetahuan – pengetahuan sebelumnya. 

Sumber Bacaan
Mayer, Richard. 2005. The Cambridge Handbook of Multimedia Learning. Cambridge University Press.

Yoga Pramana W. 2010. Mengenal Lebih Jauh Multimedia Pembelajaran Secara Teoritis. http://yogapw.wordpress.com/