Education For All

Senin, 22 Oktober 2012

Kekuatan dongeng pada anak

Setiap anak memiliki dunia imajinasi. Imajinasi anak berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan berbahasa (Hergenhahn & Olson: 2009). Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan dunia yang sangat dekat dengan dunia anak. Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu, mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang tuanya.

Pengembangan imajinasi anak dapat didukung peran serta keluarga terutama orang tua. Salah satu sarana yang efektif untuk mendukung tumbuh kembang imajinasi anak adalah dengan mendongeng. Kebiasaan mendongeng membangun rasa kebersamaan dengan keluarga, menumbuhkan rasa percaya diri anak dan bisa mengajarkan anak untuk mengetahui nilai-nilai kesopanan dalam keseharian di rumah dan lingkungannya, dengan kata lain dengan mendongeng kita bisa mengajarkan sesuatu hal kepada anak secara halus, murah dan hanya butuh sedikit waktu yang kita luangkan. Tak perlu biaya mahal dan keluar rumah untuk membuka sedikit wawasan pada anak.

Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng disetujui sebagai aktifitas rileks memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita atau mendongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya (Media Indonesia, 2006). Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.

Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru (Rudi Maryati : 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar