Setiap anak memiliki dunia imajinasi. Imajinasi anak berkembang seiring
dengan berkembangnya kemampuan ia berbicara dan berbahasa (Hergenhahn
& Olson: 2009). Seperti bermain, dunia imajinasi juga merupakan
dunia yang sangat dekat dengan dunia anak. Kemampuan imajinatif anak
merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk
kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas
perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu,
mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya
kepada orang lain, khususnya orang tuanya.
Pengembangan imajinasi anak dapat didukung peran serta keluarga
terutama orang tua. Salah satu sarana yang efektif untuk mendukung
tumbuh kembang imajinasi anak adalah dengan mendongeng. Kebiasaan
mendongeng membangun rasa kebersamaan dengan keluarga, menumbuhkan rasa
percaya diri anak dan bisa mengajarkan anak untuk mengetahui nilai-nilai
kesopanan dalam keseharian di rumah dan lingkungannya, dengan kata lain
dengan mendongeng kita bisa mengajarkan sesuatu hal kepada anak secara
halus, murah dan hanya butuh sedikit waktu yang kita luangkan. Tak perlu
biaya mahal dan keluar rumah untuk membuka sedikit wawasan pada anak.
Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang memiliki daya tarik
tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise, bahwa
anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan
oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski
bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun
kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping
dongeng disetujui sebagai aktifitas rileks memang memiliki potensi
konstruktif untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita
atau mendongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling,
memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu
mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan
berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama
adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya (Media Indonesia,
2006). Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan
mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal
itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan
orangtuanya dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk
karakter anak menjelang dewasa.
Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch
atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula
jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis,
dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang
tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam
mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan
mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.
Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan
yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan
yang baru (Rudi Maryati : 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar