Dalam
pembelajaran pesan-pesan komunikasi seperti verbal dan buku cetak menjadi alat
utama untuk menyampaikan ide-ide atau konsep kepada peserta didik. Pesan verbal
dalam pembelajaran memang mampu menjadi alat berkomunikasi yang sangat praktis
pada manusia. Akan tetapi pesan verbal saja memiliki keterbatasan seperti
adanya rasa bosan, dan kurang tertangkapnya konsep dengan jelas. Salah satu
cara agar pesan dapat tersampaikan dengan jelas dan menarik yaitu dengan
menggunakan multimedia.
Dengan
menggunakan multimedia informasi dari guru dapat tersampaikan dengan cara yang
lebih bermakna kepada peserta didik. Terdapat banyak teknologi yang tersedia
untuk membuat program multimedia yang
inovatif dan interaktif. Program multimedia dapat meningkatkan kinerja peserta
didik, menyajikan pengetahuan mereka dalam berbagai cara, memecahkan masalah,
dan membangun pengetahuan. Pembelajaran berbasis multimedia didasarkan pada ide
bahwa pesan-pesan pembelajaran harus dirancang sejalan dengan bagaimana otak
manusia bekerja.
Mayer
mendefinisikan multimedia sebagai presentasi materi dengan menggunakan
kata-kata sekaligus gambar-gambar (Mayer, 2005). Kata-kata disajikan dalam
bentuk tulisan ataupun yang diucapkan, dan gambar bisa disajikan dalam bentuk
grafik statis (seperti ilustrasi, grafik, foto, dan peta) atau menggunakan
grafik dinamis (seperti animasi dan video). Sedangkan menurut Robin & Linda
multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan
interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Menurut
Turban dkk multimedia terdiri paling sedikit dua media input ataupun output.
Media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, grafik, dan gambar (Pramana,
2010). Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan
perpaduan antara berbagai media yang berupa teks, gambar, grafik, animasi, dan
video yang dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan.
Dalam
pembelajaran, multimedia sangat membantu guru dalam menyampaikan materi. Multimedia
terdiri dari tiga level yaitu didasarkan pada alat-alat yang digunakan untuk
mengirimkan pesan (media pengirimannya), format-format representasi yang
digunakan untuk menyajikan pesan (mode-mode presentasinya seperti gambar, teks
dan lain-lain), dan modalitas inderawi yang digunakan pengguna/siswa untuk
menerima pesan (pancaindera). Multimedia pembelajaran bukan hanya sekedar
perpaduan berbagai media tanpa ada landasan atau pendekatan sebagai dasar
pembelajarannya. Berikut akan dibahas pendekatan dan prinsip-prinsip dalam
multimedia pembelajaran.
1. Pendekatan
multimedia pembelajaran
a. Pendekatan
berpusat teknologi (technology centered)
Pendekatan
ini dimulai dengan kapabilitas fungsional dari multimedia dan terfokus pada
kecanggihan dalam teknologi multimedia, oleh karena itu multimedia sebaiknya
dirancang untuk dapat digabungkan dengan teknologi-teknologi komunikasi yang
bermunculan saat ini. Misalnya multimedia digabungkan ke dalam teknologi web.
b. Pendekatan
berpusat pada siswa (learner centered)
Pendekatan
ini dimulai dengan pemahaman bagaimana otak manusia bekerja. Fokusnya adalah
menggunakan teknologi multimedia sebagai alat bantu terhadap kognisi manusia. Desain
multimedia yang konsisten dengan cara kerja otak manusia ternyata lebih efektif
dalam meningkatan pembelajaran. Pemahaman terhadap
suatu pengetahuan berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap
stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik dari elemen-elemen desain pesan
seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi, narasi, warna, musik, serta video.
2. Prinsip
– prinsip pembelajaran berbasis multimedia
Sebagai
komponen dalam system pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia
pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen, seperti : tujuan,
materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran. Menurut Mayer (2005),
prinsip-prinsip multimedia pembelajaran ada tujuh yaitu :
- Prinsip multimedia : siswa bisa belajar lebih baik dengan kata-kata dan gambar-gambar dibandingkan dengan hanya kata-kata atau gambar saja.
Dengan
menambahkan ilustrasi pada teks atau menambahkan animasi pada narasi maka akan
membantu siswa lebih mendalami materi atau penjelasan yang disajikan.
Menyajikan penjelasan dengan kata-kata dan gambar-gambar bisa menghasilkan
pembelajaran lebih baik daripada menyajikan dengan kata-kata saja. Saat
kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan siswa mempunyai kesempatan
untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan pictorial dan membangun
hubungan diantara keduanya.
- Prinsip keterdekatan ruang : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang saling terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan di halaman atau di layar.
Saat
kata-kata dan gambar-gambar terkait saling berdekatan di halaman (dalam buku)
atau layar (dalam komputer) maka siswa tidak harus menggunakan sumber-sumber
kognitif secara visual mencari di halaman atau layar itu. Siswa akan lebih bisa
menangkap dan menyimpan materi bersamaan di dalam memori kerja pada waktu yang
sama.
- Prinsip keterdekatan waktu : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang terkait disajikan secara simultan (bersamaan) daripada bergantian.
Saat
bagian narasi dan animasi yang terkait disajikan dalam waktu bersamaan, akan lebih
memungkinkan siswa untk bisa membentuk representasi mental atas keduanya dalam
memori kerja dalam waktu bersamaan. Hal ini membuat siswa lebih bisa membangun
hubungan mental antara representasi verbal dan representasi visual. Jika waktu
antara mendengar kalimat dan melihat animasi relative pendek, maka siswa masih
bisa membangun koneksi antara kata-kata dan gambar. Jika mendengar keseluruhan
narasi yang panjang dan melihat keseluruhan animasi dalam waktu yang terpisah
maka siswa kesulitan membangun koneksi tersebut.
- Prinsip koherensi : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata, gambar-gambar atau suara-suara ekstra dibuang.
Prinsip
koherensi bisa dipecah menjadi tiga versi yang saling melengkapi : (1)
pembelajaran siswa terganggu jika kata-kata dan gambar-gambar menarik namun
tidak relevan ditambahkan ke presentasi multimedia. (2) pembelajaran siswa
terganggu jika terdapat suara dan music yang menarik namun tidak relevan, (3)
pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang tidak diperlukan disingkirkan.
Gambar-gambar dan kata-kata yang menarik tapi tidak relevan bisa mengalihkan
perhatian siswa dari isi materi yang penting, dan bisa mengganggu proses
penataan materi. Dalam penyajian materi melalui multimedia siswa cenderung bisa
belajar lebih banyak dan mendalam jika materi disajikan secara lebih ringkas.
Oleh karena memori kerja otak pada manusia itu terbatas maka harus difokuskan
pada materi yang penting.
- Prinsip modalitas : siswa bisa belajar lebih baik pada animasi dan narasi daripada animasi dan teks pada layar.
Jika
gambar dan kata-kata bersama-sama disajikan secara visual (yakni sebagai
animasi dan teks) maka saluran visual/pictorial yang bekerja ekstra sedangkan
saluran lain (verbal) tidak berfungsi. Jika kata-kata disajikan secara auditory
maka kedua saluran akan berfungsi.
- Prinsip redundansi : siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi, narasi, dan teks pada layar.
Jika
kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara visual maka saluran visual akan
kelebihan beban. Jika animasi berisi narasi yang padat, maka sebaiknya tidak
menambahkan teks yang hanya mengulang kata-kata dari narasi. Keterbatasan kapasitas memori
kerja menghalangi individu untuk memproses banyak elemen informasi secara
langsung. Informasi akan terserap secara lebih baik bila format desain pesannya
tidak membebani perhatian mereka karena sumber-sumber ganda yang saling memasok
informasi (Pranata. 2010).
- Prinsip perbedaan individual : pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah daripada berpengetahuan tinggi, dan terhadap siswa berkemampuan spasial tinggi daripada berspasial rendah.
Siswa
yang berpengetahuan lebih tinggi bisa menggunakan pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya untuk mengkompensasi atas kurangnya petunjuk dalam presentasi. Siswa
yang berpengetahuan rendah kurang bisa melakukan pemrosesan kognitif yang
berguna saat presentasinya kurang petunjuk. Siswa yang memiliki kemampuan
spasial yang tinggi memiliki kapasitas kognitif untuk secara mental memadukan
reprentasi verbal dan visual dari presentasi multimedia yang ada. Siswa yang
berspasial rendah harus mengerahkan kapasitas kognitif yang begitu banyak untuk
memahami apa yang disajikan.
Terdapat
lima tahap dalam merancang multimedia pembelajaran yaitu memilih kata – kata
yang relevan dengan teks atau narasi yang tersaji, memilih gambar – gambar yang
relevan dengan illustrasi yang tersaji, mengatur kata – kata yang terpilih tersebut
ke dalam representasi verbal yang koheren, mengatur gambar – gambar yang
terpilih tersebut ke dalam representasi visual yang koheren, dan memadukan
representasi verbal dan representasi visual tersebut dengan pengetahuan –
pengetahuan sebelumnya.
Sumber
Bacaan
Mayer,
Richard. 2005. The Cambridge Handbook of
Multimedia Learning. Cambridge University Press.
Moeljadi Pranata. 2010. Efek Redundansi: Desain Pesan Multimedia dan Teori Pemrosesan Informasi.
http://dgi-indonesia.com/